‘Tuhan,
aku gak mau keluar dari sini!’
‘Lho..
Kenapa?’
‘Aku
takut ibuku akan kecewa saat dia melahirkanku!’
‘Iya
Aku mengerti, sebenernya Aku juga tidak mau membuat ibumu kecewa, tapi ini
takdirnya. Ibumu orang yang baik, sesekali dia harus diberi cobaan’
‘Jadi,
aku ini cobaan bagi ibuku sendiri?’
‘Ya
begitulah, jalani peranmu dengan baik ya… Aku hanya bisa mengantarmu sampai
sini! Selanjutnya kamu akan ditemani malaikatKu’
‘Dadah
Tuhan, Aku akan sangat merindukanmu’
‘Kau
adalah orang ke 946. 476. 234. 123 yang mengatakan itu padaKu’
‘Benarkah?
Tapi, percayalah padaku. Aku tidak akan pernah lupa padaMu’
‘Ya,
kita lihat nanti’
‘Ayo
dorong, sedikit lagi bu…’
‘Kok susah banget… perasaan anak pertamaku
tidak sesusah ini!’
‘Jangan
curhat bu, ayo lanjut dorong…’
‘Ih dasar bidan ini ga bisa diajak ngobrol….’
‘Kalau
ibu bicara terus, bayinya masuk lagi loh…’
‘Ah.. jangan… oke ini lagi ngedorong…..’
‘Terus
bu, sedikit lagi…….’
‘Dari tadi sedikit lagi terus, emang sedikitnya
bidan itu segimana sih?’
‘Aduh
ibu ini banyak nanya… kasian bayinya pengen cepet keluar tuh…’
‘Oke… oke… sabar anakku sayang….’
…..
….. ……
‘Hai
malaikat, kok ini lama banget ya?’
‘Sabar,
Ibumu lagi berusaha mengeluarkanmu…’
‘Oke,
sambil nunggu dikeluarin, aku mau membuat kata-kata pertama saat keluar nanti’
‘Ide
bagus! Buat yang paling keren ya… biar ibumu bangga ngelahirin anak sepertimu’
‘Umm..
gimana kalau pas nanti aku keluar, aku langsung teriak TADAAAAA!’
‘Jangan,
itu akan mengagetkan ibumu’
‘Benar
juga, bagaimana kalau… SURPRISE!!’
‘Ehem…
sedikit bocoran aja ya, kamu itu ga lahir di Eropa. Jadi ibumu gak akan ngerti
apa artinya surprise!’
‘Yah
ga asik nih. Gimana kalau pas nanti aku keluar, aku langsung bilang, ada yang
bisa saya bantu?’
‘Kamu
mau jadi anaknya atau jadi pembantunya?’
‘Aaah
serba salah, terus apa dong?’
‘Gimana
kalau nanti pas kamu keluar kamu langsung bilang, HAI SAYANG!’
‘Ga
mau! Gimana kalau bidannya laki-laki?’
‘Yaudah,
gausah ngomong apa-apa. Cukup nangis aja’
‘Nangis?
Apa bagusnya?’
‘Ya
menandakan kalau kamu itu manusia, soalnya aku gak bisa nangis, maaf ya curhat’
‘Ga
apa-apa kok, aku ngerti. Kenapa gak bilang daritadi?’
‘Sudah,
kapan kamu keluarnya kalau nanya terus! Aku juga udah ada tugas lain… cepet
keluar!’
‘Ih
malaikatnya galak, oke aku keluar….’
‘Gitu
dong, sampai ketemu lagi nanti!’
‘Iya,
semoga kita bertemu lagi… oh iya
malaikat boleh aku minta tolong?’
‘Tidak
bisa, ini saatnya kau untuk keluar’
‘Ayolah,
sekali ini saja… ini permohonan terakhir…’
‘Oke
deh, memangnya kamu mau aku ngapain?’
‘Gitu
dong, tolong kasihin surat ini ke Tuhan ya…
aku lupa ngasihinnya tadi…’
‘Iya..
iya.. sekarang cepet keluar. Ibumu sudah menunggumu’
…… ……. ……
Surat
terakhir untuk Tuhan
Selamat
tinggal Tuhan. Sebenarnya aku masih ingin berbicara denganMu lebih lama lagi.
Menanyakan bagaimana masa depanku, siapa jodohku, dan apa yang bisa
menggantikan semua jasa-jasaMu yang telah menciptakanku kemudian menemaniku
selama ini. Aku tahu aku akan meninggalkanMu, tapi aku tahu Kau tidak akan
pernah meninggalkanku.Terimakasihku tidak akan pernah cukup menggantikan semua
yang telah Kau berikan padaku. Bahkan nyawaku tidak bisa menutupi setitik
karuniaMu. Aku akan berusaha menahan tangisku untuk pergi meninggalkanMu. Ini
takdirku dan ini perintahMu. Akan kulaksanakan karenaMu. Dan tidak akan
kukecewakan kepercayaanMu yang telah menciptakanku.
Mungkin yang bisa kuberikan sekarang hanyalah
senyuman. Aku tahu, senyumanku sama sekali tidak bernilai. Tapi hanya ini yang
bisa kuberikan. Suatu saat nanti di dunia yang baru, aku akan memberikan semua
yang terbaik untukMu. Pegang janjiku ini Tuhan.
Terakhir. Sebelum aku meninggalkan
tempat ini. Meninggalkan kegelapan yang sudah setia menyelimutiku di siang dan
malamku. Kegelapan yang sudah mau menjadi warna pertama dalam hidupku. Izinkan
aku untuk bersujud…. Dan mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya.
Selamat tinggal Tuhan….
Aku pergi sekarang….
Bersambung......
="D
BalasHapus